oleh

Setelah Sumba NTT, Shorgum Akan Dikembangkan Sorgum di Bima NTB

Lombok, Lintasnusanews.com – Setelah berhasil menginisiasi budidaya sorgum di Kabupaten Sumba Timur NTT, Kepala Staf Presiden Moeldoko menjajaki pengembangan sorgum di Bima NTB. Menurut Moeldoko, lahan di wilayah Bima sangat cocok, seperti halnya sorgum di Sumba yang dipanen perdana Presiden Jokowi bulan Mei 2022 lalu di atas lahan seluas 3.800 hektar.

“Selama ini, lahan hanya ditanami jagung pada musim hujan. Saat kemarau lahan kurang dimanfaatkan dengan baik karena tandus dan kering. Dengan karakter lahan seperti itu, tanaman sorgumlah yang cocok,” ungkap Moledoko saat meninjau lahan, Selasa (04/10/2022).

Lahan sorgum disiapkan seluas 200 hektar di desa Sampungu, Kecamatan Soromandu. Lokasi ini berjarak sekitar 80 kilometer lebih dari pusat kota Bima.

Moeldoko menyebut, perluasan tanam sorgum di Kabupaten Bima sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo. Terkait peningkatan produksi dan hilirisasi tanaman sorgum. Selain itu untuk mengembangkan tanaman pengganti gandum untuk menjaga ketahanan pangan nasional.

“Pengembangan sorgum di Bima ini untuk memperkuat ketahanan pangan sesuai arahan presiden,” ujarnya.

Peta pengembangan sorgum hingga tahun 2024, sasaran luas tanam seluas 40.000 hektar yang tersebar di 17 provinsi. Dengan luas lahan sebesar ini diperkirakan hasil produksi 4 ton per hektar.

Moeldoko mengaku, pengembangan sorgum akan diintegrasikan dengan peternakan sapi, unggas, dan pengembangan bioetanol yang bersumber dari batang pohon sorgum. Oleh karena itu, jumlah offtaker atau perusahaan yang bisa menghubungkan komoditas petani ke pasar harus diperbanyak.

“Minimnya offtaker ini menyebabkan industri sorgum tidak bisa berkembang. Makanya budidaya sorgum tidak bertumbuh secara massif. Tapi kalau persoalan offtaker ini bisa segera diselesaikan, maka  ekosistem sorgum akan terbentuk,” papar Moeldoko.

Moeldoko menambahkan, salah satu offtaker yang dipertimbangkan oleh pemerintah adalah industri pakan ternak. Industri tersebut, bahan bakunya 50 persen jagung, dan 50 persen protein lain yang salah satunya bersumber dari sorgum.

“Kalau ekosistem ini sudah terbentuk, maka ketika dibutuhkan untuk alternatif pangan kita tinggal menggeser sorgum untuk pengganti beras,” katanya. (tim)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Lainnya