Denpasar, Lintasnusanews.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memastikan jajarannya menggunakan 90 persen produk dalam negeri. Hal ini disampaikan Sekjend Kemendikbudristek, Suharti saat membuka Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2024 di kawasan wisata Sanur Bali, Senin (04/03/2024(.
“Kami menargetkan sekita 90 persen bisa menggunakan produk dalam negeri. Selain itu, kami sebagai koordinator sektor pendidikan, kita juga memiliki kerjasama dengan pemerintah daerah. Alokasi anggaran dari pusat yang dialokasikan ke pemerintah daerah seperti bantuan operasional sekolah, itu juga penggunaannya kita dorong menggunakan produk dalam negeri,” ungkap Suharti.
Kemendikbudristek juga bekerjasama dengan produsen dalam negeri untuk melakukan riset dan pengembangan teknologi melalui perguruan tinggi dan satuan pendidikan menengah.
“Dengan adanya data yang kita peroleh dari database, kita jadi tau apa sih produk-produk yang membutuhkan riset dan teknologi pengembangan lebih lanjut. Karena kami memiliki perguruan tinggi, kami memiliki satuan pendidikan menengah. Yang bisa kemudian melakukan berbagai riset. Bekerjasama dengan industri untuk terus membantu penyediaan produk dalam negeri,” jelas Suharti.
Tak hanya pendidikan formal, Kemendikbudristek juga membantu masyarakat usia kerja yang tidak berkesempatan sekolah formal.
“Melalui program pendidikan kecakapan kerja dan pendidikan wirausaha untuk membantu masyarakat menghasikan produk UKM. Seperti hasil olahan kopi yang banyak tersebar di seluruh Indonesia, produk film animasi yang luar biasa meningkat kualitasnya dan juga bahkan produk wastra sebagai bentuk perlindungan dan pengembangan karya seni masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Suharti berharap, kegiatan ini menjadi kolaborasi pemerintah dan swasta untuk mendorong peningkatan produk Indonesia.
“Besar harapan kami, business matching dapat menjadi media bertemunya kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan BUMN sebagai pengguna dengan industri sebagai produsen. Untuk bisa saling menyiapkan diri dan selanjutnya untuk dapat melakukan transaksi, sebagai tahap awal mewujudkan kemandirian produk dalam negeri menuju Indonesia Emas,” pungkas Suharti.
Pemerintah Dorong e-Catalog Produk Dalam Negeri
Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2024 dipandang perlu untuk mengetahui potensi produk Indonesia. Termasuk perencanaan, kapasitas produk dan durasi produksinya, agar tidak ada argumentasi mengunakan produk impor.
“Perlu juga informasi dari produsen dalam negeri terkait dengan apakah barang itu bisa diproduksi dalam waktu cepat. Informasi terkait durasi produksi juga menjadi penting dan juga harga,” ungkap Sekjend Kemenperin, Eko Cahyanto.
Kemenperin mengidenifikasi sekitar 1.200 triliun anggaran di pusat maupun daerah yang potensial, kebutuhan terhadap produk maupun jasa. Oleh karena itu, para penyedia produk didorong untuk masuk e-catalog (katalog elektronik).
” Kami mendorong peserta pameran untuk memberikan informasi terkait sepsifikasi produk, harga dan apakah barang tersebut tersedia di e-catalog. Kalau ada di halaman berapa agar memudahkan pengecekan. Kemudian harus juga ada kapasitas produknya dan stok,”
Kegiatan Business Matching yang digelar 4-7 Maret ini mendorong Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (Program P3DN) yang berdampak langsung pada perkembangan industri dalam negeri. Sehingga bertambahnya pabrik-pabrik baru, terserapnya banyak tenaga kerja dalam negeri, hingga semakin kuatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Peserta business matching 2024 merupakan perwakilan dari lembaga negara yang terdiri atas 86 kementerian lembaga dan 552 pemerintah daerah. Selain itu, perwakilan 26 BUMN dan perwakilan produsen dalam negeri yang terdiri atas 200 perusahaan dalam negeri yang tergabung dalam 178 asosiasi industri. (*)
Penulis/Editor: Ambros Boli Berani
Komentar