Palu, LNN – Sebanyak 95 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di Dusun Enam Lompio, Desa Maranata, Kabupaten Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah, mengalami krisis aor bersih. Warga korban bencana palu ini mengaku, harus berjalan kaki satu kilometer untuk mendapatkan air bersih.
“Setiap hari kami itu jalan kaki satu kilometer ambil air bersih di sumur milik warga. Itupun air bersih itu tidak cukup dan kami harus antri,” ungkap Noho, salah seorang warga Lompio, saat ditemui di lokasi Gereja Balai Keselamatan, Rabu (31/07/2019).
Noho mengaku, kondisi itu telah berlangsung sejak gempa yang melanda Kabupaten Sigi pada 28 september 2018 silam, yang mengakibatkan saluran irigasi Gumbasa rusak berat.
Menurut Noho, selama ini warga Dusun Lompio mengantungkan hidup dari irigasi Gumbasa. Selain untuk kebutuhan pertanian, juga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, minum maupun kebutuhan lainya.
“Kebetulan jalur irigasi gumbasa ini melewati dusun kami, jadi kami dengan mudah mengambil air irigasi gumbasa untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak harus berjalan kaki hingga satu kilometer,” katanya.
Merespon kesulitan air tersebut, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Sulawesi Tengah, menyalurkan 6.000 liter air bersih di kompleks Gereja Bala keselamatan (BK) Korps Lompio.
Warga rela mengantri untuk mendapatkan air bersih yang disalurkan langsung dari mobil tangki air bersih. Selain untuk kebutuhan warga, air bersih tersebut juga digunakan untuk kebutuhan di Gereja setempat.
Pendeta BK Korps Lompio, Nirmo, mengaku, sejak dirinya bertugas sebulan di gereja BK tersebut sangat kesulitan air bersih.
“Disini selain bangunan-bangunan yang rusak juga kesulitan air bersih. Jadi dengan bantuan air bersih dari ACT ini saya sangat senang dan lega. Saya harap bantuan ini tidak hanya sebatas hari ini namun hingga kedepan,” ujar Nirmo
Kepala Cabang ACT Sulawesi tengah, Nurmarjani Loulembah mengatakan, sebulan terakhir, ACT Sulteng telah mendistribusikan air bersih kepada korban bencana khususnya warga yang tinggal di hunian sementara maupun warga yang mengantungkan hidupnya dari saluran irigasi Gumbasa.
“Distribusi air bersih ini merupakan bantuan dari mitra ACT yaitu Muslin Volunteer Malaysia yang diperuntukan untuk korban bencana alam di Sulawesi tengah khusunya korban gempa,tsunami dan likuefkasi,” kata Nani.
Selain kesulitan air bersih untuk kebutuhan warga, kekeringan juga melanda puluhan hektar lahan pertanian di wilayah itu juga mengalami kekeringan. Nampak terlihat persawahan hanya ditumbuhi rumput.
Sebelumnya pada 28 September 2018 lalu, Gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. Tidak hanya meluluhlantakan pemukiman warga dan menelan ribuan korban jiwa, namun juga merusak sejumlah infrastruktur termasuk irigasi pertanian. (Bian)
Komentar