oleh

Istri Lumpuh 10 Tahun, Suami Sakit Asma Akut Tidak Bisa Bekerja

Ambon, Lintasnusanews.com – Salah satu potret kemiskinan di Provinsi Maluku terlihat di Dusun Namatotur, Desa Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Sepasang suami istri, Samsuddin Bang (52) dan Murni (45) terlihat miris, karena sang istri yang mengalami kelumpuhan 10 tahun sementara suaminya mengalami asma akut dan tidak bisa bekerja.

Sakit asma diderita sang suami yang berprofesi sebagai petani serabutan ini, membuat ekonomi keluarga ini makin terpuruk. Sang suami tidak bisa lagi bekerja untuk mencukupi kebutuhan makan sehari hari. Pasangan suami istri ini tidak memiliki anak maupun keluarga dekat di daerah ini, karena sang suami berasal dari Flores NTT, sementara istrinya berasal dari Buton Sulawesi Tenggara.

Rahma Kelian, salah seorang relawan yang berkunjung ke rumah gubuk, dengan ukuran tiga kali empat meter itu menuturkan, sejak sepekan terakhir, kondisi sang suami semakin parah karena sudah tidak bisa makan seperti biasa. Pasutri ini bahkan kesulitan untuk berobat ke rumah sakit, sebab tak punya biaya. Untuk makan sehari hari, mereka hanya berharap uluran tangan tetangga.

”Sakit paru paru suaminya sudah makin parah sejak satu pekan ini. Dia sudah tidak lagi meminta makan, saya kasihan nanti terjadi sesuatu. Tidak hanya kesulitan berobat, untuk makan sehari hari, mereka hanya terima kebaikan tetangga. Saya berharap ada dermawan bisa membantu mereka,” ungkap Rahma kepada Lintasnusanews.com di Kota Ambon, Minggu (02/02/2020) petang.

Syamsuddin Bang, Pria asal Flores, NTT yang mengalami asam akut di Dusun Namatotur, Desa Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Foto: Istimewa

Rahma menuturkan, sang istri yang lumpuh membuatnya kesulitan mengurus kesehatan suaminya yang menderita asma akut. Sang suami pernah dibawa ke Puskesman Tumalehu dan dirawat selama seminggu namun tidak mengalami perubahan.

“Mereka sempat ke Puskesmas Tumalehu dilayani dengan program pengobatan selama 6 bulan, tetapi karena istrinya lumpuh sehingga tidak maksimal mengurus suaminya. Mereka ada Jamkesmas, ada Kartu Indonesia Sehat dan BPJS Kesehatan, tapi itu dari kampung istrinya di Dusun Mawudu Tongali Desa Siompu, Buton. Mereka sempat balik ke kampung istrinya tapi suaminya minta balik lagi ke Seram,” tutur Rahma.

Rahma menjelaskan, kondisi rumah gubuk tanpa meteran listrik itu sempat dibantu Babinkamtibmas setempat memasang kabel ke gubuk tempat tinggal pasutri ini. Namun karena hanya satu bola lampu sehingga dikhawatirkan terjadi sesuatu, apalagi istrinya lumpuh dan keduanya sering menyalakan lampu pelita di gubuk itu.

“Babinkamtimas setempat bantu saluran listrik tapi satu bola lampu saja, bukan meteran listrik sehingga saya kahwatir terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Kondisi istrinya lumpuh, suaminya kondisi lemas karena susah makan sementara mereka sering nyalakan lampu di gubuk itu,” kisahnya.

Rahma menambahkan, mereka sempat menerima bantuan makanan dari pemerintah setempat, namun karena kondisi suami istri yang memprihatinkan tidak bisa bekerja sehingga bantuan itu telah habis. Kini mereka hanya berharap uluran tangan dari berbagai pihak untuk membantu pengobatan suaminya agar bisa bekerja lagi.

Tempat tinggal pasutri “miskin” ini terbilang cukup jauh dari Kota Ambon, Ibukota Provinsi Maluku. Untuk mencapai Dusun Namatotur Desa latu, harus menempuh perjalananan 60 kilometer ke Pelabuhan Ferry Hunimua dan menyeberang ke Dusun Wailei. Jarak tempuh dari Pelabuhan Ferry Hunimua ke Dusun Namatotur kurang lebih 65 kilometer. (Erfan/Boy)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Lainnya