oleh

Antisipasi Musim Hujan, BNPB Cek Kesiapan Peralatan Penanggulangan Bencana

Bogor, Lintasnusanews.com – Jelang awal musim hujan 2021, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Ganip Warsito mengecek peralatan pendukung penanggulangan bencana di Gudang Logistik BNPB Sentul, Minggu (22/08/2021).

“Saya tiba hari ini untuk melakukan gelar kesiapan peralatan pendukung penanggulangan bencana yang kita miliki. Sekaligus untuk meningkatkan kemampuan personel kita,” ujar Letjen Ganip.

Pengecekan ini untuk memastikan kesiapan peralatan dan personil dalam menghadapi awal musim hujan 2021. Dalam kesempatan itu juga digelar rakor dan geladi ruang ancaman gempa bumi dan tsunami bagi pejabat tinggi madya dan pratama di lingkungan BNPB.

Letjen Ganpi juga mengecek fisik peralatan pendukung penanggulangan bencana antara lain, kendaraan taktis bencana, perahu amphibi, perahu dayung, truk tangki air dan truk dapur umum. Fungsi dari perlengkapan tersebut menjadi moda transportasi menunjang kondisi keadaan darurat bencana.

“Saya memastikan kondisi peralatan dan kendaraan ini masih berfungsi optimal. Selain itu sumber dayanya juga harus ada yang mampu mengoperasikan dengan baik,” ujar Ganip.

Letjen Ganip juga mengecek perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) antara lain mobil komunikasi satelit (Komob), fly away, ACU 1000, radio codan, eLTE rapid system dan drone. Fungsi dari teknologi tersebut antara lain untuk menyediakan koneksi internet, radio komunikasi, dan interkoneksi perangkat komunikasi.

Menurtu Ganip, beberapa teknologi tersebut sudah tersebar ke daerah, salah satunya Mobil Komunikasi Satelit. Mobil tersebut sudah tersedia di seluruh 34 BPBD tingkat provinsi di Indonesia.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Agustus. Sementara prakiraan curah hujan probabilistik diprediksi terjadi pada bulan September hingga November.

Oleh karena itu, perlu diantisipasi dampaknya pada bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Selain itu, bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor yang berpotensi mengalami kenaikan angka kejadian. (rls)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Lainnya