oleh

Yayasan FKSI Sikka Bantah Telantarkan Ainun Anak Kanker Tulang di Bali

Maumere, Lintasnusanews.com –  Koordinator Yayasan Forum Kemanusiaan Sesama Indonesia (FKSI), Muhamad Aryo membantah telantarkan Ainun pasien kanker tulang di Bali. Sebelumnya ibu kandung pasien bernama Rafiah mengaku ditelantarkan di Bali saat menjalani perawatan di RSUP Sanglah Denpasar.

Hal ini disampaikan Aryo menanggapi sejumlah isu penelantaran dan donasi berbagai pihak kepada pasien yang dipertanyakan Rafiah. Menurutnya, sejak awal telah disampaikan kepada Rafiah, bahwa pihaknya hanya menanggung kebutuhan Ainun selama dirawat.

Aryo juga mengaku, pihaknya melalui Rumah Singgah Omah Kebaikan Bali hanya melaporkan kondisi pasien. Namun tidak mendampingi secara rutin selama pasien di rumah sakit.

Dijelaskan, pihak yayasan FKSI telah meminta ibu kandung Ainun agar selalu mengabari perkembangan keseharan Ainun. Namun hal itu tidak dilakukan oleh Rafiah, bahkan pesan Whatsapp juga tidak dibalas Rafiah.

“Saya hanya minta untuk selalu ada kabar. Namun sama sekali tidak pernah. Kalau kita minta dulu baru dikirim. Entah alasan sibuk atau apa. Saya cuma minta tolong koordinasi yang baik,” jelas Aryo di Maumere NTT, Kamis (02/09/2021).

Ainun Pasien Kanker Tulang Pindah ke Kosan

Aryo juga membantah pihaknya mengeluarkan Ainun pasien kanker tulang bersama ibunya Rafiah dari Rumah Singgah Omah Kebaikan Bali. Karena saat pihak yayasan FKSI hendak mengunjungi Ainun di rumah singgah, kerabat Rafiah mengaku bahwa Ainun dan Rafiah memilih pindah ke kosan.

“Kenapa nggak bilang sama kami. Kami yang bertanggungjawab. Tolong hargai kami. Apakah salah saya bicara begitu. Tapi kalau ibunya Ainun mau begitu, ya, silahkan. Berarti sudah bukan tanggung jawab kami. Namun beberapa hari kemudian nangis nangis, minta tolong. Oke, saya maafkan, kita terima. Kita jemput lagi dari RSUP Sanglah kembali ke rumah singgah,” jelas Aryo.

Sementara menanggapi isu ATM Bank NTT disita dari tangan Rafiah, Aryo membenarkan stafnya bernama Fitri mengambil buku tabungan dan ATM namun lupa nomor pin. Menurutnya, buku tabungan dan ATM tersebut akan diserahkan ke Pemkab Sikka NTT.

“Saya memerintahkan relawan kami bernama Fitri untuk mengambil buku rekening, ATM serta PIN ATM. Tetapi pas keluarnya, Fitri sendiri lupa nomor PIN nya karena memang dia orangnya pelupa. Dan ATM nya saya tinggalkan di Denpasar,” jelasnya.

“Kami ambil itu untuk dikasih ke Pemkab Sikka. Karena katanya kan Pemkab Sikka yang mau bayar ganti uang tiket pesawat. Tetapi sampai sekarang ternyata tidak. Kan ada perjanjian secara lisan dengan Pemkab Sikka,” jelasnya.

Aryo menuturkan, sebelumnya Kabag Kesra Pemkab Sikka meminta rek Bank NTT milik Rafiah untuk memudahkan penyaluran uang bantuan. Namun karena Rafiah tidak memiliki rekening, sehingga Aryo menalangi biaya pembuatan rekening.

“Katanya Ibunya Ainun bahwa uangnya hanya ada Rp 400 ribu. Maka saya kasih uang Rp 1 juta untuk buka rekening di Bank NTT. Karena alokasi dana untuk mengganti uang kami melalui Bank NTT. Dan ibunya Ainun sudah tau itu,” tandasnya.

Yayasan FKSI Belum Terima Bantuan Untuk Ainun

Menurut Aryo, ganti rugi yang harus dibayar Pemkab Sikka kepada pihak yayasan FKSI sebesar Rp 6,9 juta. Namun total biaya tiket pesawat untuk 5 orang Maumere – Denpasar sebesar Rp 17 juta. Dari jumlah itu, Rp 12 juta diperuntukkan biaya tiket khusus Ainun karena harus menggunakan tempat tidur (Stretcher).

“Kabag Kesra Pak Very Awales menjelaskan bahwa bantuan biasanya diberikan biaya tiket MoF – Bali PP untuk 2 orang. Serta biaya makan minum Rp 150 ribu per orang selama 14 hari. Sedangkan untuk Ainun sekali berangkat itu saja perlu biaya Rp 12 juta karena menggunakan stretcher,” jelasnya.

Aryo mengaku kesal terhadap Rafiah yang tidak memberitahukan perihal bantuan uang sebesar Rp 4,7 juta dari kelompok pengajian Bhayangkari Polres Sikka. Bantuan tersebut baru diketahui saat ia tiba di Maumere pada tanggal 5 Agustus 2021 lalu.

“Saya dapat screenshoot whatsapp dari Rafiah yang dikirimkan oleh ibu ibu kelompok pengajian Bhayangkari Polres Sikka. Bahwa Rafiah minta bantuan uang untuk beli susu untuk Ainun. Saya ditanya, mas Aryo ini gimana koordinasinya, Saya kaget,” jelasnya.

Aryo kemudian bertemu ibu ibu pengajian Bhayangkari Polres Sikka untuk memberi klarifikasi. Dirinya mengaku tidak mengetahui kalau Rafiah meminta bantuan untuk membeli susu.

“Saya marah disitu. Kenapa ibunya Ainun tidak bilang sama saya. Saya tidak mau ngambil. Itu hak anak Ainun. Tetapi Ainun masih dalam naungan kami. Paling tidak harus koordinasi sama kami.

Aryo menegaskan, ibu kandung Ainun telah melanggar aturan Yayasan FKSI dalam membantu pasien. Oleh karena itu, dirinya meminta semua pihak agar tidak mempercayai keterangan ibu kandung Ainun.

“Ibunya Ainun sudah melanggar SOP kami sebanyak 2 kali. Jadi saya tegaskan bahwa apa yang disampaikan oleh ibunya Ainun itu sama sekali tidak benar,” pungkasnya. (rel)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Lainnya