Denpasar, LNN – Kementerian Pertanian menargetkan volume ekspor tahun 2019 mencapai 45 juta ton. Target ini akan dicapai dengan memaksimalkan dan mendorong pemanfaatan teknologi informasi pada proses bisnis karantina, antara lain pertukaran data persyaratan ekspor dan sertifikat elektronik atau e-Cert ke Belanda.
“Kami targetkan tahun 2019 volume ekspor meningkat hingga 45 juta ton. Sesuai amanat Bapak Presiden, kami gunakan teknologi informasi, permudah perijjinan dan sertifikat melalui digitalisasi untuk memudahkan layanan ekspor,” ungkap Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, saat pelepasan ekspor komoditas pertanian jenis Mangga Harum Manis ke Rusia, di Cargo Angkasa Pura Satu, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Rabu (07/08/2019) siang.
Melalui program Agro Gemilang, upaya akselerasi ekspor produk pertanian terus digalakkan Kementan, seperti halnya ekspor komoditas unggulan Bali, berupa 2,5 ton Mangga Harum Manis ke Rusia dan beberapa produk lainnya ke beberapa negara. Mentan mentargetkan, 100 ton ekspor buah mangga asal Bali mampu memenuhi pasar Rusia di tahun 2019.
Ekspor pertanian ke Rusia baru mencapai 368,4 ribu ton dengan komoditas yang diekspor antara lain air kelapa, bambu, salak dan kacang tanah. Karena itu Kementan akan terus mendorong penambahan volume ekspor dan mengajak petani muda untuk melirik pasar ekspor.
“Saya mengajak pemuda tani Indonesia, ayo kita mulai ekspor ke Rusia. Harganya bagus dan ekspor akan meningkatkan kesejahteraan petani. Hari ini kita tunjukkan langsung bahwa sertifikat kita dalam hitungan detik sudah dapat diterima negara tujuan. Dan ini untuk memudahkan ekspor kita ke negara tujuan,” kata Amran.
Komoditas lainnya yang diekspor Kementan antara lain; paprika, handicraft asal batok kelapa, jerami dan enceng gondok tujuan Belanda, daun bawang tujuan Taiwan, vanili tujuan USA, rempah tujuan Swiss. Selain itu komoditas peternakan berupa anak ayam umur sehari (DOC) sebanyak 44.500 tujuan Timor Leste, serta beberapa produk hewan lainnya. Total keseluruhan nilai eskpor berdasarkan data Kementan senilai Rp. 13.5 milyar.
Mentan menginstruksikan Badan Karantina Pertanian untuk melakukan harmonisasi dan negosiasi dengan seluruh negara mitra dagang agar dapat menggunakan fasilitas layanan ini.
“Sampai dengan hari ini sudah 4 negara, yaitu Selandia Baru, Australia, Belanda dan Vietnam. Baru ada 1 negara di Asean, ini yang kita dorong dahulu, seluruh negara ASEAN dan terus lanjut ke negara mitra dagang lainnya,” kata Amran.
Menurut Mentan, ekspor produk pertanian terus meningkat hingga 100% per tahun. Total volume ekspor tahun 2014 sebanyak 33 juta ton, namun pada tahun 2018 telah mencapai 42.5 juta ton. Hal ini disebabkan berbagai inovasi, kemudahan dan percepatan layanan karantina di pelabuhan/bandara. Elektronik sertifikat dan aplikasi petaan komoditas pertanian ekspor (IMACE) memudahkan eksportir untuk ekspor.
“Kami targetkan tahun 2019 volume ekspor meningkat hingga 45 juta ton. Sesuai amanat Bapak Presiden, kami gunakan teknologi informasi, permudah perijjinan dan sertifikat melalui digitalisasi untuk memudahkan layanan ekspor,” tegas Mentan. (Boy)
Komentar