Denpasar, LNN – Kementrian Pertanian (Kementan) terus menjajaki pasar ekspor untuk memfasilitasi penjualan hasil pertanian ke luar negeri. Setelah sebelumnya mengekspor Mangga Harum Manis asal Depeha Buleleng, kini Kementan mengekspor Salak Gula khas Bali ke Kamboja, Dubai, Vietnam dan China.
“Jadi harapannya, margin keuntungan dari ekspor ini bisa dibagi juga ke petani, syukur-syukur ini bisa kita tingkatkan lagi dengan diolah, menambah negara tujuan dan ragam komoditas,” ungkap Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, melalui siaran persnya, Selasa (20/08/2019).
Salak gula pasir atau Salacca edulis ini, merupakan hasil dari petani Kabupaten Tabanan yang dikelola dengan sistem kemitraan oleh pelaku usaha agribisnis, PT. Serena Sejahtera. Berdasarkan catatan eksportir, hasil sortiran panen petani makin meningkat dari sebelumnya yakni dari hasil panen hanya 40% yang bisa diekspor, kini meningkat menjadi 70%.
Hal ini ditandai dengan ekspor 773 kilogram salak gula pasir dari Bali ke Kamboja, yang dilepas oleh Kepala Badan Karantina Pertanian, melaui Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Selain salak gula pasir, pada saat yang sama, diekspor perdana 2,5 ton Kakao organik tujuan Belgia dan Kepompong tujuan Singapura. Total nilai ekonomi pelepasan ekspor pada Selasa (20/08/2019) senilai Rp. 1,7 Milyar.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, I Putu Tarumanegara mengatakan, ekspor dari wilayah Bali, mencakup berbagai komoditas diantaranya anak ayam umur sehari (DOC), walet, mangga, manggis, paprika, handicraft asal batok kelapa, jerami, vanilla, daun bawang dan enceng gondok.
“Negara tujuan ekspornya ke Eropa, Amerika, Rusia, Australia, Swiss dan Timor Leste,” ungkapnya. (Boy)
Komentar