oleh

Jadi Pasar Tradisional Terbaik Asia, 80 Persen Pengunjung Pasar Sindu Wisatawan Asing

Denpasar, Lintasnusanews.com – Pasar tradisional di tanah air umumnya menjadi pusat ekonomi masyarakat lokal, namun hal ini berbeda dengan Pasar Sindu Sanur Bali. Pasar yang mengelolah limbah secara profesional dan penataan yang bersih itu, ramai dikunjungi wisatawan asing baik siang maupun malam hari.

“Terbukti pasar Sindu kami, tiap malam itu penuh dari pasar pagi pun bule itu banyak sekitar 20 persen itu bule. Kalau malam itu bule semua 80 persen dan orang lokalnya malah 20 persen. Jadi kan mereka sudah membutuhkan hal seperti ini. Disana mereka bisa makan, beli barang-barang  kerajinan,” ungkap Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS), Ida Bagus Gede Sidharta Putra, Jumat (28/02/2020) pagi.

Pria yang akrab disapa Gusde ini menjelaskan, sebelumnya pasar Sindu terlihat kumuh dan belum dikelola dengan baik. Namun setelah pihaknya melakukan kunjungan ke beberapa negara tetangga dan terinspirasi untuk melakukan revitalisasi Pasar Sindu. Menurutnya, para wisatawan akan membutuhkan pasar tradisional dengan menyediakan seluruh kebutuhan harian hingga hasil kerajinan masyarakat lokal serta kuliner.

“Kita memperbaiki pasar Sindu itu tahun 2008, saya melihat ini sangat penting diperbaiki karena begitu saya keliling kemana-mana misalnya ke Vietnam itu rata-rata kita ke pasar malam. Kita ke tradisional market mereka, makan di sana dan saya melihat Sanur gak punya. Nah pada saat itulah kita renovasi karena kumuh dan bau sebelumnya,” ujar pria yang juag pemilik Santryan Group ini.

Pasar Sindu Sanur Bali jadi Pasar Tradisional terbaik Asia. Pengunjung pasar ini 80 persen didominasi wisatawan pada malam hari. Foto: Istimewa

Gusde mengaku, dengan meningkatnya angka kunjungan wisatawan asing ke Pasar Sindu membawa dampak langsung kepada para pedagang. Karena para wisatawan asing merasa nyaman dengan tata letak pasar dan pengelolaan limbah pasar yang profesional sehingga selalu bersih.

“Peningkatan yang ada setelah perbaiki itu 2000 persen jadi orang yang datang dan juga revenue pendapatan dari para pedagang. Setelah kita lihat data penjualan mereka naik sekitar 2000 persen.  Kita mengelola pasar itu cukup professional dan cukup ketat dimana pedagang itu kita atur penempatan misalnya dagang sayur, buah, ikan dan daging. Nah limbahnya juga pengelolaannya kita professional. Khusus daging dan ikan ini kita atur yang mana limbah cair sehingga hasilnya untuk dapat digunakan kembali. Seperti hasil limbah kita gunakan untuk menyiram tanaman dan proses pembersihan di pasar,” papar Gusde.

Gusde mengatakan, selain pengelolaan tata letak pasar yang rapi dan menarik, sumber daya para pengelola juga ditingkatkan pengetahuannya dalam pengelolaan limbah pasar. Dalam mewujudkan hal itu, Yayasan Pembangunan Sanur memberikan training pengelolaan limbah dengan instruktur berasal dari sejumlah karyawan hotel kawasan wisata Sanur.

“Nah saya kan berikan training untuk pengelolaan limbah itu. Saya ambil dari orang-orang hotel yang beri training untuk pengelola pasar. Jadi kita belikan mesin. Kalau pasar pagi biasanya kita ngambil (limbah) diatas jam 10 baru itu dibersihkan pake mesin semua. Karena pasar ini ada di tengah destinasi pariwisata yang sudah terbukti pada malam hari kunjungan 80 persen itu bule ada di sana jadi termasuk kita mengelola wc dan areal pasarnya harus bersih semacam itu,” pungkas Gusde yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Denpasar ini. (Tim/Boy)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Lainnya