Larantuka, LNN – Petani kelapa Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur mempertanyakan kebijakan Tol Laut Presiden Jokowi yang hingga saat ini belum mampu mendongkrak harga komoditi Kopra para petani. Hal ini disampaikan sejumlah warga Adonara, karena dugaan praktek monopoli harga oleh para tengkulak masih terus terjadi
“Coba dihitung berapa keuntungan yang didapat pembeli seperti para China Waiwerang, terus memonopoli harga Kopra hingga anjlok bisa sampai Rp. 3.000 per kilogram. Apalagi, mereka timbang sampai ribuan ton, “ujar Bonevasius, petani Kopra Adonara saat ditemui Rabu (10/07/2019).
Para petani kopra merasa aneh, karena secara rutin kapal tol laut singgah di Pelabuhan Larantuka dan Pelabuhan Tobilota, Adonara. Warga juga kesal dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur, yang terkesan membiarkan situasi ini terus terjadi.
“Bayangkan saja, kalau harga Kopra cuma Rp.3.000 per kilogram, lalu Kami dapat apa. Padahal, sudah ada Tol Laut yang rutin menyinggahi Pelabuhan Larantuka, bahkan Tobilota Adonara. Kenapa Pemda Flotim kok diam saja melihat monopoli harga terus terjadi? Dimanakah peran Dinas Perdagangan Flotim?,” ungkap Bonevasius.
Dirinya berharap pemerintah segera merespons serius dan melakukan operasi pasar untuk mengakhiri buruknya disparitas harga Kopra tersebut.
Hal senada disampaikan seorang petani lainnya, Maksimus Muda. Warga Kecamatan Kelubagolit mengaku kecewa dengan harga kopra dinilai hanya dengan Rp. 3000 per kilogram. Maksi bahkan sangat kesal dengan sikap Pemda Flotim yang belum maksimal memanfaatkan jasa Tol Laut.
“Iya, Kita boleh rajin kerja Kopra, tapi harganya tetap buruk begini maka sama saja. Tetap hidup miskin terus. wajarlah kalau ada petani yang mulai malas urus kelapanya jadi kopra dan memilih jual kelapa bulat di pasar” kata Maksimus.
Menanggapi keluhan para petani kopra Pulau Adonara, salah seroang aktivis LSM Pro Rakyat dan Pejuang Pancasila, Bung Sila Sakti, berharap Pemda Flores Timur peka akan kondisi yang dialami pera petani. Menurutnya, Bupati Flores Timur, Anton Gege Hadjon dan Wakil Bupati, Agus Payong Boli harus bertindak menyelamatkan nasib para petani Kopra saat ini yang harga jual komoditinya terus anjlok secara tidak wajar.
Pria yang akrab disapa Bung sila itu mendesak pemda setempat, agar dugaan monopoli harga ini harus segera diakhiri. Bung sila mengaku heran dan mempertanyakan ada apa dibalik semua ini, sehingga Bupati-Wakil Bupati, seolah tidak berdaya menyelamatkan rakyatnya sendiri dari cengkraman para tengkulak dan pengusaha komoditi di Flores Timur.
“Dimana peran Pemda Flotim terkait agenda Selamatkan Tanaman Rakyat itu. Bubarkan saja Dinas Perdagangan di Flotim jika tidak bisa membantu menjual komoditi petani dengan harga yang wajar melalui Tol Laut,” tohoknya keras.
Bung Sila membandungkan, harga komoditi kopra yang anjok, sementara harga kebutuhan pokok dan bahan bangunan di Flores Timur terus meningkat. Hal ini mesti disikapi secara serius oleh Pemda dan DPRD Flotim dengan terus melakukan operasi pasar.
“Saya kira, perlu ada investigasi pasar yang serius terhadap para spekulan. Bila perlu diberi tindakan tegas. Jika ditemukan, tutup dan cabut ijin usahanya,” tegasnya. (Ola)
Komentar