oleh

Mengenal Kawasan Konservasi Penyu Pantai Blele Wutun Lewotobi

Larantuka, LNN – Sejak pelepasan anak penyu atau tukik oleh Bupati Flores Timur, Anton Gege Hadjon dalam program “Selamatkan Laut” pada tahun 2016 lalu, pemerintah Desa Lewotobi mulai serius membenahi kawasan Pantai Blele Wutun. Bekerjasama dengan Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas) Nuha Telo dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Missol Baseftim, pemerintah desa mulai menata pantai dan memasang papan informasi Kawasan Konservasi Penyu.

“Mulai tahun 2020, Desa Lewotobi dengan dukungan dana desa akan memulai program membangun Pantai ini sebagai kawasan konservasi, sekaligus menjadi destinasi wisata baru. Konsep kami adalah mengintegrasinya dengan kegiatan konservasi terumbu karang yang sudah lebih dahulu berjalan melalui dana desa tahun 2017,” ungkap Kepala Desa Lewotobi, Tarsisius Buto Muda, saat ditemui lintasnusanews.com pekan lalu.

Pantai Lewotobi mempunyai daya tarik kuat bagi hewan laut penyu, sebab sejak jaman dulu pantai ini menjadi pilihan bagi penyu untuk bertelur sepanjang bibir pantai ini. Karena ketidaktahuan masyarakat, sebelum ditata dan dijadikan kawasan konservasi, warga setempat sering berburu penyu di wilayah ini pada malam hari.

“Dulu sebelum dilarang, warga selalu datang ke pantai untuk ambil telurnya karena umumnya warga tahu musimnya penyu bertelur. Tetapi, setelah ada larangan, warga mulai enggan. Bahkan, mereka bantu untuk selamatkan,” tutur Kepala Desa Lewotobi.

Bersama Pokwasmas Nuha Telo yang dipimpin Kanisius Uran, pemerintah desa terus mengajak warganya untuk sama-sama melindungi biota laut seperti penyu. Sejumlah kegiatan konservasi dilakukan seperti menanam terumbu karang buatan di Pantai Wai Bele hingga kawasan konservasi Penyu di Pantai Blele Wutun.

Ketua Pokwasmas Nuha Telo, Kanisius Uran mengaku senang dan siap bekerjasama menata Pantai Blele Wutun sebagai kawasan konservasi penyu yang punya daya tarik wisata.

“Kami dukungan penuh warga Lewotobi untuk menjaga kebersihan pantai, lokasi tempat penyu bertelur hingga kawasan pesisir laut agar tidak boleh dirusakan lagi,” ujar Kanis.

Perwakilan Missol Baseftim, Zainul Arifin mengatakan, pihaknya menyumpang papan konservasi penyu yang berisi informasi penting terkait biota laut sebagai bentuk dukungan moril terhadap upaya penyelamatan laut oleh Pemerintah dan masyarakat Desa Lewotobi. Namun demikian diakui Arifin, masih terbatas peralatan untuk mengembangkan konservasi kawasan ini.

“Ini alat untuk latih teman-teman cara pakai saat merawat terumbu karang buatan maupun bisa mendampingi para wisatawan yang ingin menyelam melihat pemandangan bawah laut Lewotobi. Nah, Kami juga akan mengatur jadwal kegiatan pendampingan dan pembelajaran nantinya. Supaya bukan hanya Missol Baseftim yang dampingi terus disini. Karena Kami di Ile Bura bukan hanya di Lewotobi, tetapi juga di Desa Nurri dan Nobo, lalu di Solor itu ada Desa Sulewaseng dan Ritaebang,” tutur Arifin.

Desa Lewotobi yang terletak di Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT merupakan desa yang memiliki hamparan pantai yang sangat panjang dan menjadi tempat bertelurnya penyu setiap musimnya. Warga setempat berharap, dengan adanya kawasan konservasi ini dapat menarik minat wisatawan untuk mampir bila berkunjung ke Kabupaten di ujung timur Pulau Flores ini. (Ola)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Lainnya