oleh

Mendikbud Apresiasi Perkembangan Film Indonesia

Jakarta, LNN – Pemerintah terus mendukung kemajuan perfilman Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, mengapresiasi penyelenggaraan Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) ke-39, di Grand Studio Metro TV, Jakarta Barat, Minggu (08/12/2019).

“Perfilman di Indonesia sudah menunjukan tanda-tanda yang positif, semakin banyak ide yang berani dieksplorasi dan keberagaman dengan mengikuti perkembangan zaman,” ungkap Mendikbud.

Penyelenggaraan FFI, sebagai otoritas kualitas film Indonesia terus berusaha memberikan yang terbaik. FFI tahun ini mengangkat tema “Film Bagus, Citra Indonesia”, menggambarkan sebaran nominasi yang hadir dengan kaya gagasan, profesionalisme yang mapan, dan bernilai estetik tinggi.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjenbud Kemendikbud), Hilmar Farid, dalam sambutannya menekankan bahwa dari waktu ke waktu kualitas dan kontribusi film terhadap budaya Indonesia secara umum telah menjadi ruh dalam pembuatan film. Hal ini pula yang menjadi kunci penting penilaian. Oleh karena itu, kata dia, proses seleksi melibatkan berbagai pihak yang berkompeten guna menjamin hasil akhir yang berkualitas.

“Kementerian bangga menjadi bagian dari FFI. Sebelum berlangsungnya malam anugrah, kita mempertemukan sineas, pemerintah daerah, dan sponsor potensial untuk menggali potensi daerah melalui Komisi Film Daerah. Film Indonesia selama ini selalu menjaga atau menampilkan kekayaan yang dimiliki dan yang paling berharga yaitu keberagaman,” terangnya.

Lebih lanjut ia berharap semoga FFI bisa menjadi tolok ukur bagi kemajuan perfilman Indonesia karena FFI memiliki tanggung jawab besar untuk menampilkan film yang merepresentasikan Indonesia sesuai dengan tema yang diangkat tahun ini. “Film adalah ekosistem besar, ada banyak platform baru, kita harapkan mereka bisa terlibat sehingga film Indonesia berakar pada perkembangan terbaru. Kami ucapkan selamat kepada para nomine dan semoga FFI bisa menjadi tolok ukur kemajuan perfilman Indonesia,” ujarnya.

Sejalan dengan itu Lukman Sardi selaku Ketua Komite FFI menyampaikan bahwa hampir di seluruh bidang kehidupan, tak terkecuali FFI, isu besar yang mesti dihadapi dan direspon dengan cermat adalah perubahan. Revolusi digital yang merupakan determinan utama perubahan zaman/dunia saat ini telah mengubah, bahkan di beberapa bagian telah menjungkirbalikkan dua pilar utama perfilman yaitu teknologi dan pengetahuan, termasuk di dalamnya estetika sinema.

“Paradigma baru itu tentu akan sangat mempengaruhi cara kita menyelenggarakan festival dan melakukan penilaian. Saya mengucapkan selamat kepada para nomine yang terpilih. Seperti selalu saya katakan, Anda semua sejatinya sudah jadi pemenang,” kata Lukman, dan mengajak para sineas untuk berekspresi dengan bebas dalam batasan estetika.

Kontribusi Film dalam Pembangunan Karakter di Indonesia

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BFI), Chand Parwez Servia, menyampaikan penilaian FFI selalu berkembang sesuai dengan perkembangan gagasan, tema, dan estetika.

“Mengingatkan kembali pesan yang disampaikan Mendikbud bahwa banyak film menarik bergenre baru yang menyuarakan hal-hal sensitif. Di sinilah film hadir sebagai ruang ekspresi, bahkan lebih dari itu ia bisa menjadi ruang diskusi yang melahirkan solusi,” ujar Ketua Umum BPI periode 2017-2020 itu.

“Jika film terus diberdayakan, agar terus bermanfaat, maka dia bisa menjadi sesuatu yg lebih baik karena film mempunyai kekuatan besar dalam pembentukan karakter. Saya sebagai penggemar film, mengakui bahwa film membentuk karakter saya, lingkungan saya, dan sekolah saya. Jadi saya sebagai pembuat film selalu mencoba jangan sampai film memberikan efek negatif,” tambah Chand Parwez.

Untuk menambah kecintaan masyarakat terhadap film Indonesia, ia berharap, agar Kemendikbud terus mendukung pemberdayaan dan fasilitasi perkembangan perfilman. “Film ini masalah pilihan. Orang memilih pilihan menontonnya, pembuat film membuat pilihan bagi penontonnya. Apabila pilihan ini kita arahkan ke hal yang lebih bermanfaat, maka ini semua bisa menjadi manfaat positif. Ini bisa jadi suatu gerakan,” kata Ketua BPI.

“Kita semua bisa berkarya lebih baik untuk menciptakan film berkualitas. Pesan saya untuk para sineas terus belajar dan berkarya lebih baik,” imbuh Chand Parwez.

Peraih Penghargaan FFI 2019

Tiga film yang paling banyak memperoleh nominasi dalam FFI 2019 adalah “Kucumbu Tubuh Indahku”, “Dua Garis Biru”, dan “Bumi Manusia”, masing-masing mendapatkan 12 nominasi. Ketiganya juga masuk nominasi sebagai film cerita panjang terbaik.

Setelah melewati berbagai tahapan penjurian, FFI 2019 berhasil merampungkan pemilihan 21 kategori dari 123 judul film yang diseleksi. Dari hasil seleksi, terdapat 18 film cerita panjang, 8 film dokumenter panjang dan pendek, 6 film animasi pendek, 6 film cerita pendek serta satu penghargaan lifetime achievement

Pemenang FFI 2019, sebagai berikut: (1). Film Dokumenter Pendek Terbaik: “Ku Melangkah”, sutradara Ucu Agustin; (2). Film Dokumenter Panjang Terbaik: “Help Is On The Way”, sutradara Ismail Fahmi Lubis; (3). Film Cerita Pendek Terbaik: “Tak Ada yang Gila di Kota Ini”, sutradara Wregas Bhanuteja; (4). Film Animasi Terbaik: “Nussa Bisa”, sutradara Bony Wirasmono; (5). Pemeran Pendukung Wanita Terbaik: Cut Mini, film”Dua Garis Biru”; (6). Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Whani Darmawan, film “Kucumbu Tubuh Indahku”; (7). Penata Rias Terbaik Eba Sheba, Sutomo, Adi Wahono, film “My Stupid Boss 2”; (8). Penata Busana Terbaik: Retno Ratih Damayanti, film “Kucumbu Tubuh Indahku”, (9). Pengarah Artistik Terbaik: Edy Wibowo, film “Kucumbu Tubuh Indahku”, (10). Penyunting Gambar Terbaik: Greg Arya, film “Kucumbu Tubuh Indahku” (11). Penata Suara Terbaik: Khikmawan Santosa, M. Ikhsan, Anhar Moha, film “Gundala”, (12). Pencipta Lagu Tema Terbaik: Harta Berharga oleh Harry Tjahjono dan Arswendo Atmowiloto, film “Keluarga Cemara”, (13). Penata Musik Terbaik: Ramondo Gascaro, film “Kucumbu Tubuh Indahku”, (14). Pengarah Sinematografi Terbaik: Ical Tanjung dari Film Gundala, (15). Penata Efek Visual Terbaik: Abby Eldipie, film “Gundala”, (16). Penulis Skenario Adaptasi Terbaik: Gina S. Noer dan Yandy Laurens, (17). Penulis Skenario Asli Terbaik: Gina S. Noer, film “Dua Garis Biru”, (18). Pemeran Utama Pria Terbaik: Muhammad Khan, film “Kucumbu Tubuh Indahku”, (19). Pemeran Utama Wanita Terbaik: Raihaanun, film “27 Steps of May”, (20). Sutradara Terbaik: Garin Nugroho, film “Kucumbu Tubuh Indahku”, (21). Film Cerita Panjang Terbaik: “Kucumbu Tubuh Indahku”. Sementara itu, penghargaan khusus Lifetime Achievement Award diberikan kepada aktris Ade Irawan.

Pembaca nomine dan pemenang FFI 2019, terdiri dari para bintang film lintas generasi, yaitu Arifin Putra, Meriam Belina, Chandra Endroputro, Ayushita, Maudy Koesnaedi, Angga Sasongko, Melly Goeslaw, Anto Hoed, Daniel Mananta, Sheila Timothy, Marsha Timothy, Reza Rahadian, Jajang C. Noer, Mira Lesmana, Riri Riza, Adhisty Zara, Angga Yunanda, Tio Pakusadewo, Giorgino Abraham, Christine Hakim, Amanda Rawles dan perwakilan komite yaitu Nia Dinata. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim berkesempatan membacakan nomine dan pemenang film cerita panjang terbaik bersama sutradara Mira Lesmana. Hadir pula para Duta Festival Film Indonesia (FFI) yaitu Laura Basuki dan Gading Marten. Penampil musik dan performance adalah Dea Panendra, Zidni Hakim, Aminoto Kosin Orchestra dan spesial duet bapak anak Indra Lesmana dan Eva Celia.

Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1955, Festival Film Indonesia (FFI) digagas sebagai barometer perkembangan kualitas perfilman Indonesia. Melalui berbagai penghargaan yang diberikan, publik dan kalangan perfilman dapat mengetahui pencapaian terbaik yang dihasilkan pekerja film tanah air selama setahun terakhir. (Boy/Tim)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Berita Lainnya