Gianyar, LNN – Pembukaan Festival Tepi Sawah semakin meriah dengan jamming dari berbagai artis lokal. Panitia menggerakkan sejumlah komunitas lokal dengan nilai-nilai edukasi, lingkungan dan kebudayaan.
Acara pembukaan dipadukan kolaborasi antara Nita, Endah Laras, Woro, dan Gamelan Yuganada. Woro, sinden cilik kelahiran Semarang ini membuka dengan bernarasi dengan bahasa jawa mengenai Indonesia dengan keberagamannya yang dipunya.
“Dengan keberagaman itulah, di era modern ini kita bisa menjadi lebih kuat, tentram dan saling menyayangi satu sama lain,” ungkap Woro.
Saat ditanya tentang persiapan, Woro mengaku sudah datang ke Bali sejak dua hari sebelum pembukaan festival dan menjalani latihan persiapan di Bali. “Dapat latihan dua kali, check stage and sound, lalu perform hari ini,” katanya.
Pemilihan lagu baik untuk opening maupun sesi jamming disesuaikan dengan tema acara. “Kalau opening memang kesepakatan Tante Nita dan Mama Endah, kalau jamming kan disesuaikan dengan temanya yaitu Dolanan Jawa,” paparnya.
Selama sesi jamming di stage Kubu, beberapa lagi yang dibawakan adalah Ilir-Ilir dan tembang dolanan dari Banyuwangi. Penampilan pun dilanjutkan dengan nyanyian merdu dari Endah Laras yang membawakan lagu Di Bawah Sinar Purnama. Nyanyian tersebut diiringi oleh dentingan piano Nita Aartsen dan suara violin dari Celticroom Bali. Sebagai penutup sesi tersebut, Gamelan Yuganada menampilkan gamelan dan tari kecak khas Bali.
Tak hanya opening dan sesi Dolanan Jawa, malam di Festival Tepi Sawah juga dimeriahkan oleh penampilan Jegog Suar Agung dan Tribute to Koes Plus dari semua artis. Dalam sesinya, Jegog Suar Agung juga berinteraksi dengan penonton dan bersama-sama membentuk melodi lewat tepukan tangan diiringi tabuhan bumbung. (Boy)
Komentar