Larantuka, LNN – Berbagai cara dilakukan masyarakat umum maupun para pencinta alam dalam memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-74. Aktifis pencinta alam bersama salah satu tokoh politik NTT, Chris Boro Tokan, memperingati hari kemerdekaan dengan menggelar Ekspedisi Merah Putih, menjajaki Gunung Boleng, Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT pada 11 – 12 Agustus 2019.
“Ada banyak tempat yang memiliki cerita-cerita historis dan punya nilai spiritual dan tradisi budaya yang tinggi, yang bisa digali. Lihat saja, hampir setiap tanggal 17 Agustus banyak orang berbondong-bondong ke puncak Gunung Boleng. Dan, kini banyak orang dari luar pun mulai datang,” ungkap Chris Boro Tokan yang mengaku sudah enam kali melakukan pendakiannya ke puncak Ile Boleng.
Ekspedisi Merah Putih dalam rangka HUT RI ke-74 ini dilakukan Chris yang juga berprofesi sebagai akademisi, untuk mengembangkan risetnya di bidang Antropologi Hukum. Chris yang keseharian tinggal di Kota Kupang ini, memilih kembali ke puncak Gunung Boleng, karena selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, juga menyimpan banyak jejak sejarah peradaban dunia yang mesti terus digali.
Chris berharap, pemerintah daerah ikut juga mempromosikan dan melestarikan pohon Pahlawan yang khas di pegunungan ini. Hal ini agar tidak ditebang secara liar oleh masyarakat demi menjaga ciri khas pohon khas di kawasan ini.
Daya tarik Gunung Boleng sangat memanjakan mata, karena selain sejuknya area kawah, para pendaki disuguhkan pemandangan alam yang menarik. Hamparan pohon Pahlawan di lereng gunung dan tak luput dari pandangan mata, indahnya alam pulau Solor, Pulau Adonara dan Pulau Lembata dari puncak kawah.
“Anda pasti menghirup udara pagi yang begitu segar dengan hembusan angin sepoi-sepoi basah, yang sesekali bergerak sangat kencang dengan bunyinya yang bergemuruh dari dalam kawahnya. Juga sekaligus bisa menyaksikan indahnya panorama alam di sekitarnya,” ungkap Frans Lega Bahy, seorang pendaki yang turut dalam pendakian bersama wartawan lintasnusanews.com, Minggu (11/08/2019)
Frans mengaku terpukau dengan indahnya pemandangan alam dari puncak kawah, karena terlihat jelas Pulau Solor, Adonara dan Pulau Lembata.
“Apalagi, saat mata dimanjakan pada bentangan Selat Adonara – Solor dengan lautnya yang biru, ditambah garis-garis pantainya yang indah, serta dari kejauhan tampak puncak Tanjung Wotan Ulumado yang mungil,” ujar Frans.
Bagi aktivis pencinta alam yang pernah melakukan pendakian di Gunung Krakatau dan Puncak Jaya Wijaya Papua ini, Gunung Boleng ternyata punya daya tarik yang jauh lebih tinggi, dan menantang nyali pendaki. Menurutnya, puncak Gunung Boleng, semestinya dikelola secara perofesional menjadi salah satu destinasi wisata di Flores Timur.
“Sayangnya, hal ini belum pernah dipikirkan dan dipromosikan oleh Pemerintah Kabupaten Flotim, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Mereka lebih suka urus beberapa obyek wisata yang kelasnya sangat lokal seperti Pantai Deri dan Air Panas Mokantarak,” kritik Frans, Senin (12/08/2019).
Sambil menikmati sarapan pagi di bibir kawah, Frans menyarankan agar Pemkab Flotim membangun akses jalan sehingga menggugah minat wisatawan untuk menjajaki puncak Gunung Boleng, termasuk menggelar event sepeda Gunung di kawasan ini.
“Saya kira, kawasan lereng hingga puncak Ile Boleng bisa jadi arena balapan sepeda gunung,”pungkas warga Desa Hinga, Adonara ini.
Frans yang mengaku baru pertama mendaki ke puncak Gunung Boleng ini, bangga dengan keindahan alam meski udaranya sangat dingin pada malam hari dan diguyur hujan lebat sejak pukul 23.00 hingga pukul 05.00 WITA. Namun karena hembusan angin yang sangat kencang hingga membatalkan niatnya mengelilingi seluruh area puncak.
“Minimal sampai di areal perkebunan warga Desa Lamalota, supaya memudahkan orang yang mau berwisata gunung,” pungkasnya. (Ola)
Komentar